Belajar
Kawasan Desain Dalam Teknologi Pembelajaran
A.
Latar
Belakang
Tujuan utama
teknologi pembelajaran adalah untuk memecahkan masalah belajar atau
memfasilitasi kegiatan pembelajaran. Teknologi pembelajaran sebagai perangkat
lunak (sofware technology) yang
berbentuk cara-cara yang sistematis dalam memecahkan masalah pembelajaran
semakin canggih dan mendapat tempat secara luas dalam dunia pendidikan (Suparman & Zuhairi, 2004:345-346).
Dengan demikian aplikasi praktis teknologi pembelajaran dalam pemecahan masalah
belajar mempunyai bentuk kongkrit dengan adanya sumber belajar yang
memfasilitasi peserta didik untuk belajar.
Teknologi
Pembelajaran tumbuh dan berkembang dari praktek pendidikan dan gerakan
komunikasi audio visual. Teknologi pembelajaran semula dilihat sebagai
teknologi peralatan, yang berkaitan dengan penggunaan peralatan, media dan
sarana untuk mencapai tujuan pendidikan atau kegiatan pembelajaran dengan
memanfaatkan alat bantu audio-visual (Rountree, 1979). Teknologi pembelajaran
merupakan gabungan dari tiga aliran yang saling berkepentingan, yaitu media
pendidikan, psikologi pembelajaran dan pendekatan sistem untuk pendidikan
(Seels, 1979).
Teknologi
pembelajaran baik sebagai disiplin ilmu, program studi maupun profesi terus
mengalami perkembangan yang pesat. Perkembangan teknologi pembelajaran yang
pesat ini dengan mengambil empat ciri utama, yaitu: 1) menerapkan pendekatan
sistem, 2) menggunakan sumber belajar seluas mungkin, 3) bertujuan meningkatkan
kualitas belajar manusia, dan 4) berorientasi pada kegiatan instruksional
individual (Atwi Suparman, 2004:30-31). Dengan indikator ini teknologi
pembelajaran semakin memperhalus dan mempertajam kemampuannya dalam memecahkan
masalah belajar dan pembelajaran. Sedangkan menurut Miarso (2004:201)
perkembangan ini pada gilirannya merangsang dan memperkuat perkembangan profesi
dalam bidang teknologi pembelajaran.
Rumusan tentang
pengertian teknologi pembelajaran telah mengalami beberapa perubahan, sejalan
dengan sejarah dan perkembangan dari teknologi pembelajaran itu sendiri. Pada makalah ini menggunakan Definisi AECT
1994 : “Teknologi Pembelajaran adalah
teori dan praktek dalam desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, serta
evaluasi tentang proses dan sumber untuk
belajar.” (Seels & Richey,
2000:10)
Ada lima domain
atau bidang garapan teknologi pembelajaran atau teknologi instruksional
berlandaskan definisi AECT 1994, yaitu desain, pengembangan, pemanfaatan,
pengelolaan dan penilaian. Setiap kawasan tidak berjalan sendiri-sendiri,
tetapi memiliki hubungan yang sinergis dan saling melengkapi.
B.
Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk
membahas kawasan desain yang merupakan salah satu dari lima bidang garapan teknologi pembejaran.
BAB II KAWASAN DESAIN
Kawasan pertama teknologi
pembelajaran adalah desain atau perancangan yang mencakup penerapan berbagai
teori, prinsip dan prosedur dalam melakukan perencanaan atau mendesain suatu
program atau kegiatan pembelajaran yang dilakukan secara sistemik dan
sistematik
Yang dimaksud dengan desain
disini adalah proses untuk menentukan kondisi belajar dengan tujuan untuk
menciptakan strategi dan produk (Seels
& Richey, 2000 dalam Bambang Warsita, 2008: 22).. Strategi dan produk pada tingkat makro,
seperti program dan kurikulum, dan pada tingkat mikro, seperti pelajaran dan
modul
Kawasan desain mempunyai
asal-usul dari gerakan psikologi pembelajaran.
Beberapa faktor pemicunya adalah :
1. Artikel
tahun 1954 dari B.F. Skinner “The Science of Learning and theArt of Teaching”
disertai teorinya tentang pembelajaran berprogram.
2. Buku
tahun 1969 dari Herbert Simon ”The Science of Artificial” yang membahas
karakteristik umum dari pengetahuan preskriptif tentang desain; dan
3. Pendirian
pusat-pusat desain bahan pembelajaran dan terprogram, seperti “Learning
Resouce and Development Center” di Universitas Pittsburgh pada tahun
1960an.
Aplikasi teori sistem dalam pembelajaran melengkapi dasar psikologi
pembelajaran tersebut. Melalui James Finn dan Leonard Silvern, pendekatan
sistem pembelajaran secara bertahap mulai berkembang menjadi suatu metodologi
dan mulai memasukkan gagasan dari psikologi pembelajaran.
Perhatian terhadap desain pesan pun berkembang selama akhir 1960-an dan
pada awal 1970-an. Kolaborasi Robert Gagne
dengan Leslie Briggs telah menggabungkan keahlian psikologi pembelajaran
dengan bakat dalam desain sistem yang membuat konsep desain pembelajaran
menjadi semakin hidup.
Kawasan desain ini meliputi empat cakupan utama dari
teori dan praktek, yaitu: (1) desain sistem pembelajaran; (2) desain pesan; (3)
strategi pembelajaran; dan (4) karakteristik peserta didik.
Desain sistem pembelajaran
yaitu prosedur yang terorganisasi, meliputi : langkah-langkah :
1)
penganalisaan (proses perumusan apa yang akan
dipelajari);
2)
perancangan (proses penjabaran bagaimana cara
mempelajarinya);
3)
pengembangan (proses penulisan dan pembuatan
atau produksi bahan-bahan pelajaran);
4)
pelaksanaan/aplikasi (pemanfaatan bahan dan
strategi) dan
5)
penilaian (proses penentuan ketepatan
pembelajaran).
Desain sistem pembelajaran
biasanya merupakan prosedur linier dan interaktif yang menuntut kecermatan dan
kemantapan. Agar dapat berfungsi sebagai alat untuk saling mengontrol, semua
langkah-langkah tersebut harus tuntas. Dalam desain sistem pembelajaran, proses
sama pentingnya dengan produk, sebab kepercayaan atas produk berlandaskan pada
proses.
Sedangkan menurut Twelker, Urbach, Buck (1972) dalam Suparman (2004) dalam
Bambang Warsito (2008:23) pengembangan instruksional adalah suatu cara yang
sistematis untuk mengidentifikasi, mengembangkan, dan mengevaluasi satu set
bahan dan strategi pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Wujud
pengembangan instruksional adalah produksi dan penggunaan media instruksional, evaluasi
instruksional dan pengelolaan instruksional. Jadi pengembangan instruksional
merupakan salah satu teknologi perangkat lunak (sofware technology) yang canggih untuk membangun sistem
instruksional yang berkualitas tinggi (Suparman, 2004 dalam Bambag Warsito,
2008:23).
Dalam desain pembelajaran
dikenal beberapa model yang dikemukakan oleh para ahli. Secara umum, model
desain pembelajaran dapat diklasifikasikan ke dalam model berorientasi kelas,
model berorientasi sistem, model berorientasi produk, model prosedural dan
model melingkar.
Model berorientasi kelas
biasanya ditujukan untuk mendesain pembelajaran level mikro (kelas) yang hanya
dilakukan setiap dua jam pelajaran atau lebih. Contohnya adalah model ASSURE.
Model berorientasi produk
adalah model desain pembelajaran untuk menghasilkann suatu produk, biasanya
media pembelajaran, misalnya video pembelajaran, multimedia pembelajaran, atau
modul. Contoh modelnya adalah model hannafin and peck.
Satu lagi adalah model
beroreintasi sistem yaitu model desain pembelajaran untuk menghasilkan suatu
sistem pembelajaran yang cakupannya luas, seperti desain sistem suatu
pelatihan, kurikulum sekiolah, dll. contohnya adalah model ADDIE. Selain itu
ada pula yang biasa kita sebut sebagai model prosedural dan model melingkar. Contoh dari model prosedural adalah model
Dick and Carrey sementara contoh model melingkar adalah model Kemp.
Adanya variasi model yang
ada ini sebenarnya juga dapat menguntungkan, beberapa keuntungan itu antara
lain adalah dapat memilih dan menerapkan salah satu model desain pembelajaran
yang sesuai dengan karakteristik yang dihadapi di lapangan, selain itu juga,
dapat dikembangkan dan dibuat model turunan dari model-model yang telah ada,
ataupun juga dapat diteliti dan
dikembangkan desain yang telah ada untuk dicobakan dan diperbaiki. Beberapa
contoh dari model-model diatas akan diuraikan secara lebih jelas berikut ini:
a. Model Dick and Carrey
Salah satu model desain
pembelajaran adalah model Dick and Carey (1985). Model ini termasuk ke dalam model
prosedural. Langkah–langkah Desain Pembelajaran menurut Dick and Carey adalah:
1)
Mengidentifikasikan tujuan umum pembelajaran.
2)
Melaksanakan analisi pembelajaran
3)
Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan
karakteristik siswa
4)
Merumuskan tujuan performansi
5)
Mengembangkan butir–butir tes acuan patokan
6)
Mengembangkan strategi pembelajaran
7)
Mengembangkan dan memilih materi pembelajaran
8)
Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif
9)
Merevisi bahan pembelajaran
10)
Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif.
Model Dick and Carey bagi
perancang pemula sangat cocok sebagai dasar untuk mempelajari model desain yang
lain. Kesepuluh langkah pada model Dick and Carey menunjukan hubungan yang
sangat jelas, dan tidak terputus antara
langkah
yang satu dengan yang lainya. Langkah awal pada model Dick and Carey adalah
mengidentifikasi tujuan pembelajaran. Langkah ini sangat sesuai dengan
kurikulum perguruan tinggi maupun sekolah menengah dan sekolah dasar, khususnya
dalam mata pelajaran tertentu di mana tujuan pembelajaran pada kurikulum agar
dapat melahirkan suatu rancangan pembangunan.
Penggunaan model Dick and
Carey dalam pengembangan suatu mata pelajaran dimaksudkan agar :
1) pada
awal proses pembelajaran anak didik atau siswa dapat mengetahui dan
mampumelakukan hal–hal yang berkaitan dengan materi pada akhir pembelajaran,
2) adanya
pertautan antara tiap kompone nkhususnya strategi pembelajaran dan hasil
pembelajaran yang dikehendaki,
3) menerangkan
langkah–langkah yang perlu dilakukan dalam melakukan perencanaan desain
pembelajaran.
b.
Model Kemp
Model Kemp termasuk ke dalam
contoh model melingkar. Secara singkat, menurut model ini terdapat beberapa
langkah dalam penyusunan sebuah bahan ajar, yaitu:
1)
Menentukan tujuan dan daftar topik,
menetapkan tujuan umum untuk pembelajaran tiap topiknya;
2)
Menganalisis karakteristik pelajar, untuk
siapa pembelajaran tersebut didesain;
3)
Menetapkan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai dengan syarat dampaknya dapat dijadikan tolak ukur perilaku pelajar;
4)
Menentukan isi materi pelajaran yang dapat
mendukung tiaptujuan;
5)
Pengembangan prapenilaian/ penilaian awal
untuk menentukan latar belakang pelajar dan pemberian level pengetahuan
terhadap suatu topik;
6)
Memilih aktivitas pembelajaran dan sumber
pembelajaran yang menyenangkan atau menentukan strategi belajar-mengajar, jadi
siswa siswa akan mudah menyelesaikan tujuan yang diharapkan;
7)
Mengkoordinasi dukungan pelayanan atau sarana
penunjang yang meliputi personalia, fasilitas-fasilitas, perlengkapan, dan
jadwal untuk melaksanakan rencana pembelajaran;
8)
Mengevaluasi pembelajaran siswa dengan syarat
mereka menyelesaikan pembelajaran serta melihat kesalahankesalahan dan
peninjauan kembali beberapa fase dari perencanaan yang membutuhkan perbaikan
yang terus menerus, evaluasi yang dilakukan berupa evaluasi formatif dan evaluasi
sumatif.
c. Model
ASSURE
Model ASSURE merupakan suatu model yang merupakan sebuah
formulasi untuk Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) atau disebut juga model
berorientasi kelas. Menurut Heinich et al (2005) model ini terdiri atas enam
langkah kegiatan yaitu :
Analyze
Learners
States
Objectives
Select
Methods, Media, and Material
Utilize
Media and materials
Require
Learner Participation
Evaluate
and Revise
1. Analisis Pelajar
Menurut Heinich et al (2005)
jika sebuah media pembelajaran akan digunakan secara baik dan disesuaikan
dengan cirri-ciri belajar, isi dari pelajaran yang akan dibuatkan medianya,
media dan bahan pelajaran itu sendiri. Lebih lanjut Heinich, 2005 menyatakan
sukar untuk menganalisis semua cirri pelajar yang ada, namun ada tiga hal
penting dapat dilakuan untuk mengenal pelajar sesuai .berdasarkan cirri-ciri
umum, keterampilan awal khusus dan gaya belajar.
2.
Menyatakan Tujuan
Menyatakan tujuan adalah
tahapan ketika menentukan tujuan pembeljaran baik berdasarkan buku atau
kurikulum. Tujuan pembelajaran akan menginformasikan apakah yang sudah
dipelajari anak dari pengajaran yang dijalankan. Menyatakan tujuan harus
difokuskan kepada pengetahuan, kemahiran, dan sikap yang baru untuk dipelajari.
3.
Pemilihan Metode, media dan bahan
Heinich et al. (2005)
menyatakan ada tiga hal penting dalam pemilihan metode, bahan dan media yaitu
menentukan metode yang sesuai dengan tugas pembelajaran, dilanjutkan dengan
memilih media yang sesuai untuk melaksanakan media yang dipilih, dan langkah
terakhir adalah memilih dan atau mendesain media yang telah ditentukan.
4.
Penggunaan Media dan bahan
Menurut Heinich et al (2005)
terdapat lima langkah bagi penggunaan media yang baik yaitu, preview bahan,
sediakan bahan, sedikan persekitaran, pelajar dan pengalaman pembelajaran.
5.
Partisipasi Pelajar di dalam kelas
Sebelum pelajar dinilai
secara formal, pelajar perlu dilibatkan dalam aktivitas pembelajaran seperti
memecahkan masalah, simulasi, kuis atau presentasi.
6.
Penilaian dan Revisi
Sebuah media pembelajaran
yang telah siap perlu dinilai untuk menguji keberkesanan dan impak
pembelajaran. Penilaian yang dimaksud melibatkan beberaoa aspek diantaranya
menilai pencapaian pelajar, pembelajaran yang dihasilkan, memilih metode dan
media, kualitas media, penggunaan guru dan penggunaan pelajar.
d.
Model ADDIE
Ada satu model desain pembelajaran yang lebih sifatnya
lebih generik yaitu model ADDIE (Analysis-Design-Develop-Implement-Evaluate).
ADDIE muncul pada tahun 1990-an yang dikembangkan oleh Reiser dan
Mollenda.Salah satu fungsinya ADIDE yaitu menjadi pedoman dalam membangun
perangkat dan infrastruktur program pelatihan yang efektif, dinamis dan
mendukung kinerja pelatihan itu sendiri.
Model
ini menggunakan 5 tahap pengembangan yakni :
1)
Analysis (analisa)
2)
Design (disain
/ perancangan)
3)
Development (pengembangan)
4)
Implementation (implementasi/eksekusi)
5)
Evaluation (evaluasi/
umpan balik)
e.
Model Hanafin and Peck
Model Hannafin dan Peck ialah model desain pengajaran
yang terdiri daripada tiga fase yaitu fase Analisis keperluan, fase desain, dan
fase pengembangan dan implementasi (Hannafin & Peck 1988). Dalam model ini,
penilaian dan pengulangan perlu dijalankan dalam setiap fase. Model ini adalah
model desain pembelajaran berorientasi produk.
B.
Desain Pesan
Desain pesan yaitu perencanaan untuk merekayasa bentuk
fisik dari pesan agar terjadi komunikasi antara pengirim dan penerima, dengan
memperhatikan prinsip-prinsip perhatian, persepsi, dan daya tangkap. Fleming
dan Levie membatasi pesan pada pola-pola isyarat, atau simbol yang dapat
memodifikasi perilaku kognitif, afektif dan psikomotor.
Desain pesan berkaitan dengan hal-hal mikro, seperti :
bahan visual, urutan, halaman dan layar secara terpisah. Desain harus bersifat
spesifik, baik tentang media maupun tugas belajarnya. Hal ini mengandung makna
bahwa prinsip-prinsip desain pesan akan berbeda, bergantung pada jenis
medianya, apakah bersifat statis, dinamis atau kombinasi keduanya (misalnya,
suatu potret, film, atau grafik komputer). Juga apakah tugas belajarnya tentang
pembentukan konsep, pengembangan sikap, pengembangan keterampilan, strategi
belajar atau hafalan.
Ada tiga langkah pokok dalam mendesain pesan bila
menggunakan pendekatan system, yaitu : menentukan masalah, mengembangkan
alternative pemecahan masalah dan menilai
pelaksanaan alternative yang dipilih untuk di revisi. Penyususnan rancangan
pesan dihubungkan
dengan pertemuan tatap muka untuk pencapaian tujuan belajar tertentu saja.
Langkah-langkah desain pesan pembelajaran menurut Jerrord
E. Kemp terdiri dari delapan langkah, yaitu :
1)
Pertimbangkan dahulu tujuan program
pendidikan diarahkan untuk mecapai tujuan
tersebut. Berdasarkan kurikulum, pilihlah topik-topik yang akan diberikan, untuk
masing-masing topik
perlu dirumuskan tujuan umum pengajarannya secara eksplisit.
2)
Pelajari karakteristik siswa.
3)
Rumusan tujuan belajar yang harus dicapai
dengan menggunakan kriteria
tingkah laku yang dapat diamati dan diukur.
4)
Membuat daftar perincian isi pembelajaran
yang dapat mendukung tercapainya tujuan. Beberapa kemungkinan untuk
mengorganisasi isi pesan adalah sebagai berikut :
a.
Dari fakta yang telah diketahui ke
fakta-fakta baru.
b.
Dari permulaan suatu proses sampai dengan
penyimpulan.
c.
Dari prosedur yang mudah sampai kepada
pengertian yang komplek.
d.
Dari hal yang kongkrit dan khusus menuju ke
hal yang abstrak berupa pengertian, pemecahan masalah dan penalaran.
e.
Dari prinsip dan generalisasi yang bersifat
umum ke fakta, observasi dan aplikasi.
5)
Mengembangkan alat ukur pendahuluan untuk
menentukan latar belakang siswa dan tingkatan pengetahuan siswa untuk topik yang akan diajarkan.
6)
Menentukan dan memilih kegiatan belajar
mengajar dan sumber-sumber pembelajaran yang akan digunakan untuk mengolah isi
pengajaran sehingga siswa dapat mencapai tujuan yang telah dirumuskan.
7)
Koordinasikan hal-hal yang dapat memberikan
dukungan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar yag sesungguhnya, seperti
dana, ketenagaan, fasilitas, peralatan, dan jadwal untuk melaksanakaan kegitan
pembelajaran.
8)
Menilai belajar siswa dikaitka dengan
seberapa jauh mereka telah mencapai tujuan pembelajaran dengan disertai
pandagan bahwa rencana yang sudah direncanakan perlu diperbaiki bila diperlukan
berdasarkan masukan atau feedback yang diperoleh dari pelksanaan penilaian yang
telah dilakukan.
C.
Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran yaitu spesifikasi untuk menyeleksi
serta mengurutkan peristiwa belajar atau kegiatan pembelajarandalam dalam suatu mata pelajaran (Seels & Richey).
Teori tentang strategi pembelajaran meliputi situasi belajar dan komponen
belajar/mengajar. Seorang desainer menggunakan teori atau komponen strategi
pembelajaran sebagai prinsip teknologi pembelajaran. Dalam mengaplikasikan
suatu strategi pembelajaran bergantung pada situasi belajar, sifat materi dan
jenis belajar yang dikehendaki.
Dalam
menerapkan strategi pembelajaran ada beberapa komponen yang harus diperhatikan
agar dalam kegiatan pembelajaran tercapai suatu tujuan yang telah ditentukan.
Menurut Dick and Carey menyebutkan adanya 5 komponen strategi
pembelajaran yakni :
1) Kegiatan
pembelajaran pendahuluan.
2) Penyampaian
informasi.
3) Partisipasi
siswa
4) Tes,
dan
5) Kegiatan
lanjutan
Berbeda
dengan yang dikemukakan oleh Gagne and Briggs, komponen dalam strategi
pembelajaran adalah :
1) Memberikan motivasi atau menarik perhatian.
2) Menjelaskan tujuan pembelajaran kepada siswa.
3) Mengingatkan kompetensi prasyarat.
4) Memberi stimulus (masalah, topic, konsep).
5) Memberi petunjuk belajar (cara mempelajari).
6) Menimbulkan penampilan siswa
7) Memberi umpan balik.
8) Menilai penampilan.
9) Menyimpulkan.
1) Memberikan motivasi atau menarik perhatian.
2) Menjelaskan tujuan pembelajaran kepada siswa.
3) Mengingatkan kompetensi prasyarat.
4) Memberi stimulus (masalah, topic, konsep).
5) Memberi petunjuk belajar (cara mempelajari).
6) Menimbulkan penampilan siswa
7) Memberi umpan balik.
8) Menilai penampilan.
9) Menyimpulkan.
Berdasarkan rumusan komponen strategi pembelajaran
yang dikemukakan para ahli
secara garis besar dapat dikelompokkkan menjadi :
1.
Komponen pertama yaitu urutan kegiatan
pembelajaran
mengurutkan kegiatan pembelajaran dapat memudahkan guru dalam pelaksanaan kegiatan mengajarnya, guru dapat mengetahui bagaimana ia harus memulainya, menyajikannya dan menutup pelajaran.
mengurutkan kegiatan pembelajaran dapat memudahkan guru dalam pelaksanaan kegiatan mengajarnya, guru dapat mengetahui bagaimana ia harus memulainya, menyajikannya dan menutup pelajaran.
a. Sub
komponen pendahuluan, merupakan kegiatan awal dalam pembelajaran. Kegiatan ini
mempunyai tujuan untuk memberikan motivasi kepada siswa, memusatkan perhatian
siswa agar siswa bisa mempersiapkan dirinya untuk menerima pelajaran dan juga
mengetahui kemampuan siswa atau apa yang telah dikuasai siwa sebelumnya dan
berkaitan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan. Hal-hal yang dilakukan
pada tahap ini adalah memberikan gambaran singkat tentang isi pelajaran,
penjelasan relevansi isis pelajaran baru, dan penjelasan tentang tujuan
pembelajaran.
b. Sub
komponen penyajian, kegiatan ini merupakan inti dari kegiatan belajar mengajar.
Dalam kegiatan ini peserta didik akan ditanamkan pengetahuan baru dan
pengetahuan yang telah dimiliki dikembangkan pada tahap ini. Tahap-tahapnya
adalah menguraikan materi pelajaran, memberikan contoh dan memberikan latihan
yang disesuaikan dengan materi pelajaran.
c. Sub
komponen penutup, merupakan kegiatan akhir dalam urutan kegiatan pembelajaran.
Dilaksanakan untuk memberikan penegasan atau kesimpulan dan penilaian terhadap
penguasaan materi pelajaran yang telah diberikan.
2. Komponen
kedua yaitu metode pembelajaran
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh pengajar dalam menyampaikan pesan pembelajaran kepada peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pengajar atau guru harus dapat memilih metode yang tepat yang disesuaikan dengan materi pelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Metode pembelajaran mungkin dapat dikatakan tepat untuk suatu pelajaran tetapi belum tentu tepat untuk pelajaran yang lainnya, untuk itu guru haruslah pandai dalam memilih dan menggunakan metode-metode pembelajaran mana yang akan digunakan dan disesuaikan dengan materi yang akan diberikan dan karakteristik siswa.
Macam-macam metode pembelajaran adalah :
a) Metode ceramah
b) Metode demonstrasi
c) Metode simulasi
f) Metode studi kasus
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh pengajar dalam menyampaikan pesan pembelajaran kepada peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pengajar atau guru harus dapat memilih metode yang tepat yang disesuaikan dengan materi pelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Metode pembelajaran mungkin dapat dikatakan tepat untuk suatu pelajaran tetapi belum tentu tepat untuk pelajaran yang lainnya, untuk itu guru haruslah pandai dalam memilih dan menggunakan metode-metode pembelajaran mana yang akan digunakan dan disesuaikan dengan materi yang akan diberikan dan karakteristik siswa.
Macam-macam metode pembelajaran adalah :
a) Metode ceramah
b) Metode demonstrasi
c) Metode simulasi
f) Metode studi kasus
g)
Metode pembelajaran terprogram
h)
Metode discovery
i)
Metode do-look-learn
d)
Metode diskusi
k)
Metode bermain peran
3. Komponen
ketiga yaitu media yang digunakan.
Media
adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau
informasi. Media dapat berbentuk orang/guru, alat-alat elektronik, media
cetak,dsb. Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih media adalah :
a) Ketepatan dengan tujuan pembelajaran
b) Dukungan terhadap isi pelajaran
c) Kemudahan memperoleh media
d) Keterampilan guru dalam menggunakannya
e) Ketersediaan waktu menggunakannya
f) Sesuai dengan taraf berpikir siswa.
a) Ketepatan dengan tujuan pembelajaran
b) Dukungan terhadap isi pelajaran
c) Kemudahan memperoleh media
d) Keterampilan guru dalam menggunakannya
e) Ketersediaan waktu menggunakannya
f) Sesuai dengan taraf berpikir siswa.
4. Komponen
keempat adalah waktu tatap muka.
Pengajar harus tahu alokasi waktu yang diperlukan dalam menyelesaikan pembelajaran dan waktu yang digunakan pengajar dalam menyampaikan informasi pembelajaran. Sehingga proses pembelajaran berjalan sesuai dengan target yang ingin dicapai.
Pengajar harus tahu alokasi waktu yang diperlukan dalam menyelesaikan pembelajaran dan waktu yang digunakan pengajar dalam menyampaikan informasi pembelajaran. Sehingga proses pembelajaran berjalan sesuai dengan target yang ingin dicapai.
5. Komponen
kelima adalah pengelolaan kelas.
Kelas adalah ruangan belajar (lingkungan fisik) dan lingkungan sosio-emosional. Lingkungan fisik meliputi: ruangan kelas, keindahan kelas, pengaturan tempat duduk, pengaturan sarana atau alat-alat lain, dan ventilasi dan pengaturan cahaya. Sedangkan lingkungan sosio-emosional meliputi tipe kepemimpinan guru, sikap guru, suara guru, pembinaan hubungan baik, dsb. Pengelolaan kelas menyiapkan kondisi yang optimal agar proses belajar mengajar dapat berlangsung secara lancar
Kelas adalah ruangan belajar (lingkungan fisik) dan lingkungan sosio-emosional. Lingkungan fisik meliputi: ruangan kelas, keindahan kelas, pengaturan tempat duduk, pengaturan sarana atau alat-alat lain, dan ventilasi dan pengaturan cahaya. Sedangkan lingkungan sosio-emosional meliputi tipe kepemimpinan guru, sikap guru, suara guru, pembinaan hubungan baik, dsb. Pengelolaan kelas menyiapkan kondisi yang optimal agar proses belajar mengajar dapat berlangsung secara lancar
D.
Karakteristik Peserta didik
Karakteristik peserta didik yaitu aspek latar belakang pengalaman peserta didik yang
mempengaruhi terhadap efektivitas proses belajarnya. Karaketeristik peserta
didik mencakup keadaan sosio-psiko-fisik peserta didik. Secara psikologis, yang
perlu mendapat perhatian dari karakteristik peserta didik yaitu berkaitan dengan kemampuannya (ability), baik yang bersifat potensial
maupun kecakapan nyata dan kepribadiannya, seperti, sikap, emosi, motivasi
serta aspek-aspek kepribadian lainnya.
Analisis karakteristik peserta didik merupakan suatu
pendekatan psikologis dalam rangka menggambarkan keadaan peserta didik.
Karakter yang dimiki dapat berupa usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
tingkat pengalaman, pengalaman yang relevan, persepsi, kebutuhan yang
dirasakan, dan berbagai kemugkinan yang lain terkait dengan peserta didik.
Analisis karakteristik peserta didik merupakan titik awal
dalam mempreskripsikan strategi pembelajaran. Bila tidak, maka teori-teori
dan prinsip pembelajaran yang dikembangkan sama sekali tidak akan ada gunakanya
bagi pelaksanaan pembelajaran (Degeng, 1991 dalam Bambang warsito 2008). Oleh karena
itu, karakteristik peserta didik sebagai satu fariabel yang paling berpengaruh dalam
pengembangan strategi pembelajaran (Reigeluth, 1983 dalam bambang Warsito 2008).
BAB III KESIMPULAN
1.
Berdasarkan kajian tentang kawasan desain sampai
dengan 1970-an telah memiliki kepastian tentang cakupan utama dari teori dan
praktek. Namun ke depan jumlah cakupan utama dari teori dan praktek beserta
langkah-langkahnya akan semakin berkembang, sejalan dengan perkembangan dalam
bidang teknologi dan pendidikan, serta disiplin ilmu lainnya yang relevan.
2.
Pendekatan sistem pembelajaran secara bertahap
mulai berkembang menjadi suatu metodologi dan mulai memasukan gagasan dari
psikologi pembelajaran.
3.
Konsep desain pembelajaran menjadi semakin hidup,
dengan adanya kolaborasi antara keahlian
psikologi pembelajaran dengan bakat dalam desain sistem.
4.
Kawasan desain meliputi empat cakupan utama dari
teori dan praktek, yaitu: (1) desain sistem pembelajaran; (2) desain pesan; (3)
strategi pembelajaran; dan (4) karakteristik pebelajar.
Referensi
Kemp.
1977. Intructional Design: a Plan for
Unit and Curriculum Development. New
York: Technology Publ.
Seels,
Barbara B. dan Glasgow. 1990. Exercises
in Intructional Design. Columbus: Merril Publishing Company.
Seels,
Barbara B. dan Rita C. Richey. 1994. Teknologi
Pembelajaran, Definisi dan Kawasannya (Intructional Technology: The
Definition and Domains of the Filed) Diterjemahkan oleh Dra. Dewi S.
Prawiradilaga, dkk. Jakarta: UNJ
Warsita,
Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran,
Landasan dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cpta
Tidak ada komentar
Posting Komentar