Belajar
Teknik Pengumpulan Data Dan Analisis Data Dalam Studi Kasus
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengumpulan data adalah prosedur yang
sistemik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Pengumpulan data
merupakan langkah yang amat penting dalam metode ilmiah, karena data digunakan
untuk menguji hipotesa yang telah dirumuskan (kecuali pada penelitian
eksploratif). Pengumpulan data selalu memiliki hubungan dengan masalah
penelitian yang ingin dipecahkan. Masalah memberi arah dan mempengaruhi metode
pengumpulan data. Banyak masalah yang dirumuskan tidak dapat dipecahkan karena
metode untuk pengumpulan data tidak memungkinkan atau metode ada tidak dapat
menghasilkan data yang diinginkan.
Data yang dikumpulkan haruslah cukup valid
untuk digunakan. Validitas data dapat ditingkatkan jika alat pengukur serta
kualitas dari pengambilan data cukup valid. Pengumpulan data dapat dilakukan
dalam berbagai setting, berbagai sumber, berbagai cara. Bila dilihat dari
settingnya, data dapat dikumpulkan pada setting alamiah (natural seting),
laboratorium untuk eksperimen, dirumah untuk berbagai responden, seminar, dikusi,
dan lain-lain.
Jika dilihat dari sumber data, maka
pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Bila
dilihat dari cara atau teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan wawancara
(interview), angket (questionare), pengamatan (observation), atau gabungan
ketiganya. Data yang sudah didapat ini diukur dengan menggunakan skala
pengukuran.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
keterlibatan peneliti dalam pengumpulan data studi kasus
2.
Bagaimana
teknik pengumpulan data dan analisis data dalam studi kasus
3.
Mengakhiri
pengumpulan data studi kasus
C. Tujuan Penulisan
1.
Untuk
mengetahui keterlibatan peneliti dalam pengumpulan data studi kasus
2.
Untuk
mengetahui pengumpulan data dan analisis data dalam studi kasus
3.
Untuk
mengetahui cara mengakhiri pengumpulan data studi kasus
A. Keterlibatan
Peneliti dalam Pengumpulan data Studi Kasus
Sebagai jenis penelitian kualitatif, studi kasus merupakan pendekatan yang
menekankan pada hasil pengamatan peneliti. Sehingga peran manusia sebagai
instrumen penelitian menjadi suatu keharusan. Bahkan, dalam penelitian
kualitatif, posisi peneliti menjadi instrumen kunci (the key instrument). Untuk
itu, validitas dan reliabilitas data kualitatif banyak tergantung pada
ketrampilan metodologis, kepekaan, dan integritas peneliti sendiri.
Untuk dapat memahami makna dan menafsirkan
fenomena dan simbol-simbol interaksi di lokasi penelitian dibutuhkan
keterlibatan dan penghayatan peneliti terhadap subjek penelitian di lapangan.
Dengan keterlibatan dan penghayatan tersebut peneliti memberikan judgement
dalam menafsirkan makna yang terkandung di dalamnya. Hal ini menjadi alasan
lain kenapa peneliti harus menjadi instrumen kunci penelitian.
Sebagai instrumen kunci, kehadiran dan
keterlibatan peneliti di lapangan lebih memungkinkan untuk menemukan makna dan
tafsiran dari subjek penelitian dibandingkan dengan penggunaan alat nonhuman
(seperti instrumen angket), sebab dengan demikian peneliti dapat mengkonfirmasi
dan mengadakan pengecekan kembali pada subjek apabila informasinya kurang atau
tidak sesuai dengan tafsiran peneliti melalui pengecekan anggota (member
checks).
Sebagai instrumen kunci, peneliti menyadari
bahwa dirinya merupakan perencana, pengumpul dan penganalisa data, sekaligus
menjadi pelapor dari hasil penelitiannya sendiri. Karenanya peneliti harus bisa
menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi lapangan. Hubungan baik antara
peneliti dan subjek penelitian sebelum, selama maupun sesudah memasuki lapangan
merupakan kunci utama dalam keberhasilan pengumpulan data. Hubungan yang baik
dapat menjamin kepercayaan dan saling pengertian. Tingkat kepercayaan yang
tinggi akan membantu kelancaran proses penelitian, sehingga data yang
diinginkan dapat diperoleh denga mudah dan lengkap. Peneliti harus menghindari
kesan-kesan yang merugikan informan. Kehadiran dan keterlibatan peneliti
dilapangan diketahui secara terbuka oleh subjek penelitian.
B. Teknik Pengumpulan
Data dan Analisis data dalam Studi kasus
1) Teknik Pengumpulan Data dalam Studi Kasus
Secara
garis besar, teknik yang dapat digunakan untuk pengumpulan data dalam studi
kasus dapat berupa adalah wawancara, observasi, dan studi dokumentasi.
a)
Wawancara
Wawancara merupakan
proses interaksi atau komunikasi secara langsung antara pewawancara dengan
responden. Agar wawancara efektif, maka terdapat berapa tahapan yang harus
dilalui, yakni ; 1).mengenalkan diri, 2).menjelaskan maksud kedatangan,
3).menjelaskan materi wawancara, dan 4).mengajukan pertanyaan.
Informan dapat
menyampaikan informasi yang komprehensif sebagaimana diharapkan peneliti, maka
pada saat melakukan wawancara yang terdapat beberapa kiat sebagai berikut; 1).
ciptakan suasana wawancara yang kondusif dan tidak tegang, 2). cari waktu dan
tempat yang telah disepakati dengan informan, 3). mulai pertanyaan dari hal-hal
sederhana hingga ke yang serius, 4).bersikap hormat dan ramah terhadap
informan, 5).tidak menyangkal informasi yang diberikan informan, 6).tidak
menanyakan hal-hal yang bersifat pribadi yang tidak ada hubungannya dengan
masalah/tema penelitian, 7).tidak bersifat menggurui terhadap informan,
8).tidak menanyakan hal-hal yang membuat informan tersinggung atau marah, 9).
sebaiknya dilakukan secara sendiri, 10). ucapkan terima kasih setelah wawancara
selesai dan minta disediakan waktu lagi jika ada informasi yang belum lengkap.
Data yang dikumpulkan
dapat bersifat; 1) Fakta, misalnya umur, pendidikan, pekerjaan, penyakit yang
pernah diderita; 2) Sikap, misalnya sikap terhadap pembuatan jambatan keluarga,
penyuluhan kesehatan; 3) Pendapat, misalnya pendapat tentang pelayanan
kesehatan yang dilakukan oleh bidan desa; 4)Keinginan, misalnya pelayanan
kesehatan yang diinginkan; 5)Pengalaman, misalnya pengalaman waktu terjadi
wabah Demam berdarah melanda daerah mereka.
Pengumpulan dengan
wawancara mempunyai beberapa keuntungan, sebagai berikut: Jawaban yang
dilakukan responden secara spontan hingga jawaban dapat lebih dipercaya; dapat
digunakan untuk menilai kebenaran dan keyakinan terhadap jawaban yang
diberikan; dapat membantu responden untuk mengingat kembali hal – hal yang
lupa; data yang diperoleh adalah data primer. Kerugian pengumpulan data dengan
cara wawancara adalah membutuhkan waktu yang lama, membutuhkan biaya yang
relatif besar, mudah timbul bias. Timbulnya bias pada waktu wawancara
disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut: 1) Pewawancara, bila pewawancara
kurang menghayati permasalahan dan kurang memahami teknik wawancara; 2) Responden,
sering responden menyembunyikan jawaban yang sifatnya pribadi; 3) Pertanyaan
yang diajukan, pertanyaan mempunyai arti ganda sehingga membingungkan atau
pertanyaan yang mengharuskan responden mengingat kembali masa lalu.
Hal-hal yang harus di
perhatikan dalam melaksanakan wawancara, antara lain:
1)
Pewawancara
harus bersikap sopan santun, sabar, dan dengan gaya khas bahasa yang menarik,
tetapi jelas dan sederhana agar dapat dimengerti oleh responden,
2)
Pergunakan
bahasa responden agar tidak dianggap seperti orang asing,
3)
Ciptakan
suasana psikologis agar situasi cair, saling percaya,
4)
Suasana
wawancara harus santai,
5)
Wawancara
dimuali dari pertanyaan yang mudah, karena awalnya biasanya responden akan
nampak tegang,
6)
Keadaan
responden harus diperhatikan, apabila belum siap atau karena sedang terkena
musibah maka wawancara sebaiknya ditunda.
b)
Observasi
Obeservasi adalah
salah satu teknik pengumpulan data yang menggunakan pertolongan indra mata.
observasi juga merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang sangat lazim
dalam metode penelitian kualitatif. Observasi hakikatnya merupakan kegiatan
dengan menggunakan pancaindera, bisa penglihatan, penciuman, pendengaran, untuk
memperoleh informasi yang diperlukan untuk menjawab masalah penelitian. Hasil
observasi berupa aktivitas, kejadian, peristiwa, objek, kondisi atau suasana
tertentu, dan perasaan emosi seseorang. Observasi dilakukan untuk memperoleh
gambaran riil suatu peristiwa atau kejadian untuk menjawab pertanyaan
penelitian.
Observasi terdiri
dari beberapa bentuk, yaitu: 1). Observasi partisipasi (participant
observation) adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun
data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan di mana peneliti terlibat
dalam keseharian informan, 2). observasi tidak terstruktur ialah pengamatan
yang dilakukan tanpa menggunakan pedoman observasi, sehingga peneliti
mengembangkan pengamatannya berdasarkan perkembangan yang terjadi di lapangan,
dan 3). observasi kelompok ialah pengamatan yang dilakukan oleh sekelompok tim
peneliti terhadap sebuah isu yang diangkat menjadi objek penelitian.
Teknik pengumpulan data
dengan dangan cara observasi bermanfaat untuk mengurang jumlah pertanyaan,
misalnya untuk melihat kebersihan rumah tangga tidak perlu dipertanyakan tetapi
cukup dilakukan observasi, mengukur kebenaran jawaban responden pada wawancara,
dilakukan dengan observasi, untuk memperoleh data yang tidak dapat dilakukan
dengan cara wawancara atau angket.
Macam – macam
observasi. Observasi terdiri dari
1)
Observasi
partisipasi lengkap : Mengadakan observasi dengan mengikuti seluruh kehidupan
responden (antropologi),
2)
Observasi
partisipasi sebagian : mengikuti sebagian kehidupan responden. Misalnya
penelitian gizi sehari –hari,
3)
Observasi
tanpa partisipasi: mengadakan observasi tanpa ikut dalam kehidupan responden.
Misalnya ingin tahu pemasangan IUD
Kelemahan pengumpulan
data dengan teknik observasi adalah keterbatasan indera mata, konsentrasi
kepada hal-hal yang sering dilihat, kelainan kecil tidak terdeteksi. Cara
mengatasi kelemahan ini yaitu lakukan pengamatan berulang – ulang dan
pengamatan dilakukan oleh beberapa orang.
c)
Studi
Dokumentasi
Dokumentasi adalah
salah satu metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau menganalisis
dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang
subjek. Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk
dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat,
catatan harian, cenderamata, laporan, artefak, foto, dan sebagainya. Sifat
utama data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang
kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam.
Secara detail bahan dokumenter terbagi beberapa macam, yaitu otobiografi,
surat-surat pribadi, buku atau catatan harian, memorial, klipping, dokumen
pemerintah atau swasta, data di server dan flashdisk, data tersimpan di
website, dan lain-lain.
Meleong (dalam
Herdiansyah, 2010: 143) mengemukakan dua bentuk dokumen yang dapat dijadikan
bahan dalam studi dokumentasi, yaitu:
1)
Dokumen
harian
Dokumentasi pribadi
adalah catatan atau karangan seseorang secara tertulis tentang tindakan,
pengalaman, dan kepercayaannya. Tujuan dari dokumentasi ini adalah untuk
memperoleh sudut pandang orisinal dari kejadian situai nyata. Terdapat tiga
dokumentasi pribadi yang umum digunakan, yaitu:
a)
Catatan
harian (diary)
Diary berisi
beragam aktivitas dan kegiatan termasuk juga unsur perasaan.
b)
Surat
Pribadi
Surat pribadi
(tertulis pada kertas), e-mail, dan obrolan dapat dijadikan sebagai materi
dalam analisis dokumen dengan syarat, peneliti mendapat izin dari orang yang
bersangkutan.
c)
Autobiografi
Autobiografi berasal
dari bahasa Yunani yang terdiri atas gabungan tiga kata,
yaitu auto (sendiri), bios (hidup),
dan grapein (menulis). Didefinisikan autobiografi adalah tulisan atau
pernyataan mengalami pengalaman hidup.
2)
Dokumen
Resmi
Dokumen resmi
dipandang mampu memberikan gambar mengenai aktivitas, keterlibatan individu
pada suatu komnitas tertentu dalam setting social.
Menurut Meleong
(Herdiansyah, 2010: 145-146) dokumen resmi dapat dibagi kedalam dua
bagian. Pertama dokumen internal, yaitu dapat berupa catatan, seperti
memo, pengumuman, instruksi, aturan suatu lembaga, system yang diberlakukan,
hasil notulensi rapat keputusan pimpinan, dan lain sebagainya.
Kedua, dokumentasi
eksternal yaitu dapat berupa bahan-bahan informasi yang dihasilkan oleh suatu
lembaga social, seperti majalah, koran, bulletin, surat pernyataan, dan lain
sebagainya.
d)
Focus
Group Discussion (FGD)
Focus Group
Discussion (FGD) adalah teknik pengumpulan data yang umumnya dilakukan pada
penelitian kualitatif dengan tujuan menemukan makna sebuah tema menurut
pemahaman sebuah kelompok. Teknik ini digunakan untuk mengungkap pemaknaan dari
suatu kalompok berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada suatu permasalahan
tertentu. FGD juga dimaksudkan untuk menghindari pemaknaan yang salah dari
seorang peneliti terhadap fokus masalah yang sedang diteliti.
Ada beberapa
ketentuan yang harus diperhatikan ketika ingin melakukan
FGD. Pertama, jumlah FGD berkisar antara 5-10
orang. Kedua, Peserta FGD harus bersifat
FGD. Ketiga, perlunya dinamika kelompok.
Kapan FGD dilakukan?
Ada beberapa kepentingan mengapa peneliti melakukan FGD, antara lain:
1)
Jika
peneliti membutuhkan pemahaman lebih dari satu sudut pandang,
2)
Jika
terjadi gap komunikasi antar kelompok,
3)
Untuk
menyingkap suatu fakta secara lebih detail dan lebih kaya,
4)
Untuk
keperluan verifikasi
2) Analisis data dalam Studi kasus
Menganalisis
data studi kasus adalah suatu hal yang sulit karena strategi dan tekniknya
belum teridentifikasikan secara baik. Tetapi setiap penelitian hendaknya
dimulai dengan strategi analisis yang umum yang mengandung prioritas tentang
apa yang akan dianalisis dan mengapa. Demikian pun dengan studi kasus, oleh
karena itu Creswell memulai pemaparannya dengan mengungkapkan tiga strategi
analisis penelitian kualitatif, yaitu: strategi analisis menurut Bogdan &
Biklen (1992), Huberman & Miles (1994) dan Wolcott (1994). Menurut Creswell
(1998:153), untuk studi kasus seperti halnya etnografi analisisnya terdiri dari
“deskripsi terinci” tentang kasus beserta settingnya. Apabila suatu kasus
menampilkan kronologis suatu peristiwa maka menganalisisnya memerlukan banyak
sumber data untuk menentukan bukti pada setiap fase dalam evolusi kasusnya.
Terlebih lagi untuk setting kasus yang “unik”, kita hendaknya menganalisa
informasi untuk menentukan bagaimana peristiwa itu terjadi sesuai dengan
settingnya.
Stake
(Creswell, 1998:63) mengungkapkan empat bentuk analisis data beserta
interpretasinya dalam penelitian studi kasus, yaitu: (1) pengumpulan kategori,
peneliti mencari suatu kumpulan dari contoh-contoh data serta berharap
menemukan makna yang relevan dengan isu yang akan muncul; (2) interpretasi
langsung, peneliti studi kasus melihat pada satu contoh serta menarik makna
darinya tanpa mencari banyak contoh. Hal ini merupakan suatu proses dalam
menarik data secara terpisah dan menempatkannya kembali secara bersama-sama
agar lebih bermakna; (3) peneliti membentuk pola dan mencari kesepadanan antara
dua atau lebih kategori. Kesepadanan ini dapat dilaksanakan melalui tabel yang menunjukkan hubungan antara dua kategori;
(4) pada akhirnya, peneliti mengembangkan generalisasi naturalistik melalui
analisa data, generalisasi ini diambil melalui orang-orang yang dapat belajar
dari suatu kasus, apakah kasus mereka sendiri atau menerapkannya pada sebuah
populasi kasus. Lebih lanjut Creswell menambahkan deskripsi kasus sebagai
sebuah pandangan yang terinci tentang kasus. Dalam studi kasus “peristiwa
penembakan”, kita dapat menggambarkan peristiwa itu selama dua minggu,
menyoroti pemain utamanya, tempat dan aktivitasnya. Kemudian mengumpilkan data
ke dalam 20 kategori dan memisahkannya ke dalam lima pola. Dalam bagian akhir
dari studi ini kita dapat mengembangkan generalisasi tentang kasus tersebut
dipandang dari berbagai aspek, dibandingkan, dibedakan dengan literatur lainnya
yang membahas tentang kekerasan di kampus.
Dari
paparan di atas dapat diuraikan bahwa “persiapan terbaik” untuk melakukan
analisis studi kasus adalah memiliki suatu strategi analisis. Tanpa strategi
yang baik, analisis studi kasus akan berlangsung sulit karena peneliti “bermain
dengan data” yang banyak dan alat pengumpul data yang banyak pula.
Untuk
Robert K. Yin (1998:63) merekomendasikan enam tipe sumber informasi seperti
yang telah dikemukakan pada bagian pengumpulan data. Tipe analisis dari data
ini dapat berupa analisis holistik, yaitu analisis keseluruhan kasus atau berupa
analisis terjalin, yaitu suatu analisis untuk kasus yang spesifik, unik atau
ekstrim. Lebih lanjut Yin (1998:140-150) membagi tiga teknik analisis untuk
studi kasus, yaitu (1) penjodohan pola, yaitu dengan menggunakan logika
penjodohan pola. Logika seperti ini membandingkan pola yang didasarkan atas
data empirik dengan pola yang diprediksikan (atau dengan beberapa prediksi
alternatif). Jika kedua pola ini ada persamaan, hasilnya dapat menguatkan
validitas internal studi kasus yang bersangkutan; (2) pembuatan eksplanasi,
yang bertujuan untuk menganalisis data studi kasus dengan cara membuat suatu
eksplanasi tentang kasus yang bersangkutan dan (3) analisis deret waktu, yang
banyak dipergunakan untuk studi kasus yang menggunakan pendekatan eksperimen
dan kuasi eksperimen.
1.
Penjodohan Pola
Membandingkan pola yang didasarkan
atas empiri dengan pola yang diprediksikan (prediksi alternatif). Jika kedua
pola ini ada persamaan, maka menguatkan validitas internal studi kasus. Jika
studi kasus eksploratoris, polanya berhubungan dengan variabel dependen /
independen dari penelitian. Jika studi kasus deskriptif, maka penjodohan pola
akan relevan dengan pola variabel–variabel spesifik yang diprediksi dan
ditentukan sebelum pengumpulan data.
a. Variabel-variabel Nonequivalen sebagai Pola
Desain Variabel Nonequivalen yang
Dependen : Pola variabel dependen yang berasal dari salah satu desain
penelitian kausal eksperimen potensial. Artinya eksperimen atau kuasi
eksperimen bisa mempunyai banyak variabel dependen (keanekaragaman hasil)
b. Eksplanasi Tandingan sebagai Pola
Terakulasi pada istilah operasional.
Karakteristiknya : masing-masing mencakup pola variabel independen yang
terungkap (contoh : jika eksplanasi valid, maka yang lain tidak valid).
Kehadiran Variabel independen tertentu mengeluarkan kehadiran variabel
independen yang lain. Dapat digunakan untuk kasus tunggal dan multikasus.
c. Pola-pola yang Lebih Sederhana
Mempunyai jenis minimal dari
variabel-variabel dependen atau independen. Kasus yang sederhana, ada dua
variabel dependen yang berbeda, penjodohan pola dimungkinkan dengan pola yang
berbeda untuk kedua variabel yang telah ditetapkan.
Ketepatan Penjodohan Pola : Prediksi
pola variabel dependen yang nonequivalen, pola yang didasarkan atas penjelasan
tandingan (pola sederhana),serta perbandingan antara pola yang diprediksi dan
pola aktual bisa tak mencakup kriteria kuantitatif / statistik.
2.
Pembuatan Eksplanasi
Tujuannya untuk menganalisis data
studi kasus dengan membuat eksplanasi tentang karya tersebut. Menunjukkan
bagaimana eksplanasi tidak dapat dibangun hanya atas serangkaian peristiwa
aktual studi kasus.
a Unsur-unsur Eksplanasi
Pembuatan eksplanasi dalam bentuk
narasi sering tidak bisa persis atau sama dengan keadaan/peristiwa yang
sesungguhnya. Studi kasus yang baik adalah eksplanasinya mencerminkan proposisi
yang signifikan secara teoritis.
b. Hakikat Perulangan dalam Pembuatan Eksplanasi
·
Membuat suatu pernyataan
teoritis/proposisi awal tentang kebijakan / perilaku sosial
·
Membandingkan temuan kasus awal
dengan pernyataan / proposisi
·
Memperbaiki pernyataan / proposisi
·
Membandingkan perbaikan dengan
fakta-fakta yang ada
·
Mengulangi proses sebanyak mungkin
jika perlukan
c. Persoalan-persoalan Potensial dalam
Pengembanagn Eksplanasi
Peneliti harus menyadari bahwa
pendekatan analisis strudi kasus penuh dengan bahaya. Acuan dalam melakukan
analisis diletakkan pada tujuan asal
inkuiri dan eksplanasi alternatif yang memungkinkan bisa mengurangi persoalan
potensial. Pengamanannya yaitu : Penggunaan berkas studi kasus, penetapan data
dasar untuk setiap kasus, serta rangkaian bukti selanjutnya.
3.
Analisis Deret Waktu
Makin rumit dan tepat pola, makin
tertumpu analisis deret waktu pada landasan yang kokoh bagi penarikan konklusi
studi kasus.
a.
Deret Waktu Sederhana
Dalam deret waktu hanya ada variabel
dependen atau independen saja. Logika esensial yang mendasari desain deret
waktu adalah pasangan antara kecenderungan butir-butir data dalam
perbandingannya dengan :
·
Kecenderungan signifikan teoritis
yang ditentukan sebelum permulaan penelitian
·
Kecenderungan
tandingan yang ditetapkan sebelumnya
·
Kecenderungan atas dasar perangkat /
ancaman terhadap validitas internal
b.
Deret Waktu yang Kompleks
Disebabkan jika kecenderungan kasus
dipostulasikan lebih kompleks. Deret waktu yang lebih kompleks melahirkan
persoalan yang lebih besar bagi pengumpulan data, sehingga mengarah pada
kecenderungan lebih elaboratif yang membuat analisis lebih mantap. Pola deret
waktu yang diprediksi dan aktual, jika keduanya sama-sama kompleks, akan
menghasilkan bukti yang kuat untuk proposisi teoritis awal.
c.
Kronologis
Bisa dipandang sebagai bentuk khusus
dari analisis deret waktu, berfokus langsung pada kekuatan utama studi kasus
yang telah diketengahkan sebelumnya (studi kasus memungkinkan peneliti melacak
peristiwa lebih dari waktu biasa). Kronologi mencakup beberapa tipe variabel
dan tak terbatas pada variabel tunggal/ganda saja. Jenis keadaan tertentu dalam
teori eksplanatoris :
·
Peristiwa terjadi sebelum peristiwa
lain (urutan kebalikannya tidak terjadi)
·
Kejadian harus diikuti oleh kejadian
yang lain atas dasar kontingensi
·
Peristiwa hanya bisa mengikuti
peristiwa lain setelah lintasan waktu diprediksi
·
Periode waktu tertentu ditandai oleh
kelompok kejadian berbeda secara substansial dari kejadian periode waktu
lainnya
d.
Kondisi-kondisi untuk Analisis Deret
Waktu
Jika penggunaan analisis deret waktu
relevan dengan studi kasus, bentuk yang esensial adalah identifikasi indikator
spesifik yang perlu dilacak, juga interval waktunya. Sehingga data yang relevan
dikumpulkan terlebih dahulu dan dianalisis secara tepat.
Selain
ketiga teknik analisis untuk studi kasus di atas, yang dikatagorikan sebagai
bentuk analisis yang dominan. Yin
(1998:140-150) juga menambahkan tiga Bentuk-Bentuk
Analisis yang kurang Dominan, yakni
1.
Menganalisis Unit-unit
Terjalin
Yaitu unit yang kurang dominan
daripada kasusnya sendiri, banyak butir data telah terkumpul,
pendekatan-pendekatan analisis yang relevan mencakup hampir setiap teknik dalam
ilmu sosial. Contoh : Respons terhadap suatu survey. Dalam studi kasus,
analisis unit terjalin dilakukan di dalam masing-masing kasus.
2.
Membuat Observasi Berulang
Adalah bentuk analisis yang kurang
diminati, dilakukan secara lembur (disebut tipe analisis deret waktu khusus).
Tetapi hanya bisa dilakukan atas basis lintas-bidang. Sehingga dipandang
sebagai pendekatan analisis yang terlepas dari analisis deret waktu.
3.
Mengerjakan Survei Kasus: Analisis
Sekunder Lintas Kasus
Ada 2 pendekatan yaitu : pertama,
survey kasus merupakan pendekatan analisis lintas kasus dan tidak sama dengan
analisis kuantitatif Kedua, dalam teknik analisis lintas kasus survey mempunyai
keterbatasan ketat dalam kaintannya dengan analisis multi kasus. Survey kasus
akan memperoleh generalisasi teoritis atau statistik. Survey kasus merupakan
teknik relevan untuk tujuan penelitian eksplisit (analisis sekunder). Teknik
survey kasus dapat meminimalkan bias-bias dan merupakan teknik yang diinginkan
jika diaplikasikan (tapi tidak dipandang sebagai analisis dominan).
Creswell
mengemukakan bahwa dalam studi kasus melibatkan pengumpulan data yang banyak
karena peneliti mencoba untuk membangun gambaran yang mendalam dari suatu
kasus. Untuk diperlukan suatu analisis yang baik agar dapat menyusun suatu
deskripsi yang terinci dari kasus yang muncul. Seperti misalnya analisis tema
atau isu, yakni analisis suatu konteks kasus atau setting dimana kasus tersebut
dapat menggambarkan dirinya sendiri. Peneliti
mencoba untuk menggambarkan studi ini melalui teknik seperti sebuah kronologi
peristiwa-peristiwa utama yang kemudian diikuti oleh suatu perspektif yang
terinci tentang beberapa peristiwa. Ketika banyak kasus yang akan dipilih,
peneliti sebaiknya menggunakan analisis dalam-kasus yang kemudian diikuti oleh
sebuah analisis tematis di sepanjang kasus tersebut yang acapkali disebut
analisis silang kasus untuk menginterpretasi makna dalam kasus.
C. Mengakhiri
Pengumpulan data Studi Kasus
Batas akhir penelitian dalam Studi kasus
tidak bisa ditentukan sebelumnya seperti dalam penelitian kuantitatif, tetapi
dalam proses penelitian sendiri. Akhir
masa penelitian terkait dengan masalah, kedalaman dan kelengkapan data yang
diteliti. Peneliti pengakhiri pengumpulan data setelah mendapatkan semua
informasi yang dibutuhkan atau sudah tidak ditemukan lagi data baru.
Setelah mengakhiri pengumpulan data selanjutnya
peneliti melakukan melakukan analisis dan penyimpulan dari hasil penelitian yang
digunakan untuk mengecek kembali kepada konsep atau teori yang telah dibangun
pada tahap pertama penelitian. Analisis dan penyimpulan dapat dilakukan pula
dengan dengan mengkaji saling-silangkan hasil-hasil penelitian dari setiap
kasus. Hasil analisis dan penyimpulan di gunakan untuk menetapkan atau
memperbaiki konsep atau teori yang telah dibangun pada awal tahapan penelitian.
BAB III SIMPULAN
1.
Dalam
studi kasus, peneliti menjadi instrumen kunci (the key instrument). Sebagai
instrumen kunci, kehadiran dan keterlibatan peneliti di lapangan lebih
diutamakan. Oleh karena itu dalam studi kasus, peneliti harus menyadari bahwa
dirinya merupakan perencana, pengumpul dan penganalisa data, sekaligus menjadi
pelapor dari hasil penelitiannya sendiri. Kehadiran dan keterlibatan peneliti
dilapangan diketahui secara terbuka oleh subjek penelitian.
2.
Empat
bentuk analisis data beserta interpretasinya dalam penelitian studi kasus,
yaitu: (1) pengumpulan kategori, peneliti mencari suatu kumpulan dari
contoh-contoh data serta berharap menemukan makna yang relevan dengan isu yang
akan muncul; (2) interpretasi langsung, peneliti studi kasus melihat pada satu
contoh serta menarik makna darinya tanpa mencari banyak contoh. (3) peneliti
membentuk pola dan mencari kesepadanan antara dua atau lebih kategori.; (4)
pada akhirnya, peneliti mengembangkan atau menyusun generalisasi (simpulan)
3.
Batas
akhir penelitian dalam Studi kasus tidak bisa ditentukan sebelumnya seperti
dalam penelitian kuantitatif, tetapi dalam proses penelitian sendiri. Akhir masa penelitian terkait dengan masalah,
kedalaman dan kelengkapan data yang diteliti.
DAFTAR PUSTAKA
Bagong
Suyanto, et.al., (Eds.), 2007. Metode
Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta: Kencana.
Creswell,
John W. 1998. Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing Among. Five
Tradition. London: SAGE Publications
Herdiansyah,
Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu
Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
Nana
Sudjana, et.al., 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung: Sinar Baru
dan Pusat Pengajaran-Pembidangan Ilmu Lembaga Penelitian IKIP Bandung.
Noeng
Muhajir. 2003. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin
Sugiyono,
2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, Bandung:
Alfabeta
Yin,
Robert K. 2012. Studi Kasus Desai dan Metode.. Jakarta : PT Raja Grafndo
Persada
Tidak ada komentar
Posting Komentar