Belajar
Pendekatan Dalam Ilmu Komunikasi
Keadaan seperti tersebut tergambar dari jenis
teori-teori komunikasi yang dibahas nanti, dimana terdapat sejumlah teori
komunikasi yang mencerminkan masing-masing disiplin ilmu tertentu. Karenanya
tidak sedikit teori komunikasi yang ada menyatakan suatu objek secara berbeda
atau bahkan bertentangan dibanding teori lainnya teori komunikasi lainnya.
Sifat kemultidisplinan ilmu komunikasi tidak
dapat dihindari karena objek pengamatan dalam ilmu komunikasi sangat luas dan
kompleks, menyangkut berbagai aspek sosial, budaya, ekonomi, politik dari
kehidupan manusia.
Pendekatan
dalam ilmu komunikasi.
Berkaitan dengan pendekatan yang mempengaruhi perkembangan ilmu komunikasi,
Littlejohn dalam buku Theories of Human Communications, menyatakan bahwa secara
umum terdapat tiga cara pandang ilmu dan kaitannya dengan objek pokok pengamatannya.
Ketiga pendekatan itu adalah:
A.Pendekatan Scientific (Ilmiah-Empiris),
umumnya berlaku di kalangan para ahli ilmu eksakta seperti fisika, biologi,
kedokteran, matematika, dll. Pendekatan atau aliran ini ditandai beberapa hal:
1.Mengasosiasikan ilmu dengan objektifitas.
Objektifitas yang dimaksud adalah objektivitas yang menekankan prinsip
standarisasi observasi dan konsistensi. Landasan filosofisnya adalah bahwa
dunia dipandang dalam bentuk dan struktur. Secara individual boleh jadi
peneliti berbeda pandangan satu sama lain tentang bagaimana rupa atau macam
dari bentuk dan struktur tersebut. Namun apabila para peneliti melakukan
penelitian terhadap suatu fenomena dengan menggunakan metode yang sama, maka
akan dihasilkan temuan yang sama. Inilah hakikat dari objektivitas dalam
konteks standarisasi observasi dan konsistensi.
2.Fokus perhatiannya pada dunia hasil
penemuan (discovering world)
3.Terdapat pemisahan yang tegas antara known
(objek atau hal yang ingin diketahui/diteliti) dan knower (subjek pelaku atau
pengamat).
4.Aliran ini lazim menggunakan metode
eksperimen. Melalui metode ini si peneliti secara sengaja melakukan suatu
percobaan terhadap objek yang ditelitinya.
Tujuan penelitian biasanya diarahkan pada
upaya mengukur ada tidaknya pengaruh atau hubungan sebab akibat di antara dua
variabel atau lebih, dengan mengontrol pengaruh dari variabel lain. Prosedur
yang umum dilakukan adalah dengan cara memberikan atau mengadakan suatu
perlakuakn khusus kepada objek yang diteliti serta meneliti dampak atau
pengaruhnya.
Sebagai contoh: 5 ekor tikus diberi suntikan
X, sementara 5 tikus lainnya tidak. Setelah kurun waktu tertentu dibandingkan
ada tidaknya perbedaan di antara dua kelompok tikus tersebut. Kalau ternyata
terdapat perbedaan, dapat ditarik kesimpulan bahwa perbedaan tersebut terjadi
karena pengaruh dari suntukan X tersebut.
5.Pemahaman dan kesimpulan terhadap suatu
fenomena dilakukan dengan berupaya memperoleh konsensus.
Teori atau model komunikasi yang secara tegas
mencerminkan pengaruh pendekatan ini adalah model komunikasi Stimulus-respon.
Teori ini didasarkan pada prinsip bahwa stimuli akan menciptakan efek atau
dampak. Menurut teori ini efek merupakan reaksi tertentu terhadap stimulus
(rangsang) tertentu, sehingga orang dapat menduga atau
memperkirakan adanya hubungan erat antara isi pernyataan dan reaksi audience. Model ini secara jelas menggunakan prinsip sebab akibat. Stimulus sebagai variabel X dan Respon sebagai variabel Y. Contohnya adalah penyataan bahwa semakin tinggi frekuensi seseorang menonton tayangan kekerasan di televisi, maka semakin tinggi perilaku agresivenya.
memperkirakan adanya hubungan erat antara isi pernyataan dan reaksi audience. Model ini secara jelas menggunakan prinsip sebab akibat. Stimulus sebagai variabel X dan Respon sebagai variabel Y. Contohnya adalah penyataan bahwa semakin tinggi frekuensi seseorang menonton tayangan kekerasan di televisi, maka semakin tinggi perilaku agresivenya.
B.Pendekatan Humanistic :
1.Mengasosiasikan
ilmu dengan prinsip subjektivitas, yang mengutamakan kreatifitas individual.
2.Bertujuan
untuk memahami tanggapan dan hasil temuan subjektif individual.
3.Memfokuskan
perhatiannya dunia para penemunya (discovering person).
4.Ilmu
pengetahuan dilihat sebagai bagian dari diri (pemikiran/interpretasi) peneliti.
5.Terhadap
fenomena yang diamati aliran ini pemahaman dilakukan dengan mengutamakan
interpretasi-interpretasi alternatif.
6.Metode
penelitian yang lazim digunakan adalah partisipasi observasi. Melalui
penelitian seperti ini, peneliti dalam mengamati sikap dan perilaku dari
orang-orang yang ditelitinya, membaur dan melibatkan diri secara aktif.
7.Cara
pandang seseorang tentang sesuatu hal akan menentukan penggambaran dan
penguraiannya tentang hal tsb.
8.Aliran
ini biasanya mengkaji persoalan-persoalan yang menyangkut sistem nilai,
kesenian, kebudayaan, sejarah dan pengalaman pribadi.
Dalam konteks ilmu-ilmu social, salah satu
bentuk metode penelitian yang lazim digunakan dari aliran ini adalah
partisipasi observasi. Malalui metode ini si peneliti dalam mengamati sikap dan
perilaku dari orang-orang yang ditelitinya membaur dan melibatkan diri secara
aktif dari kehidupan orang-orang yang ditelitinya. Misalnya bergaul, tinggal di
rumah orang-orang tersebut, serta ikut dalam aktivitas sehari-hari mereka dalam
kurun waktu tertentu (misalnya 1 bulan, atau 1 tahun). Interpretasi atas sikap
dan perilaku dari orang yang ditelitinya, tidak hanya didasarkan atas informasi
yang diperoleh melalui hasil wawancara atau tanya jawab dengan orang-orang yang
ditelitinya, tetapi juga atas dasar pengamatan langsung atau pengalaman
berinteraksi dengan mereka. Cara pandang seseorang tentang sesuatu hal akan
menentukan penggambaran dan uraiannya tentang hal tersebut.
Teori komunikasi yang berkembang dan
dipengaruhi oleh pendekatan ini adalah teori-teori kritis yang berkembang dari
disiplin ilmu sastra, sosiologi. Nama-nama ahli yang dominan adalah Karl Marx,
Max Weber dari disiplin ilmu sosiologi. Fedinand de Saussure dan Charles S.
Pierce dari disiplin ilmu sastra.
Dengan demikian perbedaan antara pendekatan
scientific dan humanistic adalah :
1.Bagi
aliran pendekatan scientific ilmu bertujuan untuk menstandardisasikan
observasi, sementara aliran humanistic
mengutamakan kreatifitas individu.
mengutamakan kreatifitas individu.
2.Aliran
scientific berpandangan bahwa tujuan ilmu adalah mengurangi perbedaan-perbedaan
pandangan tentang hasil pengamatan, sementara aliran humanistic bertujuan untuk
memahami tanggapan dan hasil temuan subjektif individual.
3.Aliran
scientific memandang ilmu pengetahuan sebagai sesuatu yang berada di sana (out
there), di luar diri pengamat/peneliti. Di lain pihak aliran humanistic melihat
ilmu pengetahuan sebagai sesuatu yang berada di sisni (in here), dalam arti
berada dalam diri (pemikiran, interpretasi) pengamat/peneliti.
4.Aliran
scientific mmfokuskan perhatiannya pada dunia hasil penemuan (discovered
world), sedangkan aliran humanistic menitikberatkan perhatiannya pada dunia
para penemunya (discovering person).
5.Aliran
scientific berupaya memperoleh konsensus, sementara aliran humanistic
mengutamakan interpretasi-interpretasi alternative.
6.Aliran
scientific membuat pemisahan yang tegas antara known dan knowner sedangkan
aliran humanistic cenderung tidak memisahkan kedua hal tersebut.
C.Pendekatan Khusus Ilmu pengetahuan sosial
(Sosial Sciences)
Pendekatan ini pada dasarnya adalah gabungan
antara dua aliran sebelumnya yaitu Scientific dan humanistic. Dalam banyak hal
pendekatan ilmu social merupakan perpanjangan tangan (extensión) dari
pendekatan ilmu alam (natural science), karena beberapa metode yang diterapkan
banyak diantaranya yang diambil dari ilmu alam/fÃsica. Namur metode-metode
pendekatan aliran humanistic juga diterapkan.
Kedua pendekatan ini digabungkan, karena yang
menjadi objek studi ilmu pengetahuan adalah kehidupan manusia. Untuk memahami
tingkah laku manusia diperlukan pengamatan yang cermat dan akurat, untuk ini
jelas bahwa pengamatan harus dilakukan seobjektif mungkin agar hasilnya dapat
berlaku umum tidak bersifat kasus. Dengan kata lain para ahli ilmu social
seperti halnya ilmu alam harus mencapai kesepakatan atau konsesnsus mengenai
hasil temuan dalam pengamatannya, meskipun konsensus/kesepakatan yang dicapai
sifatnya relatif dalam arti dibatasi oleh factor-faktor waktu, situasi dan
kondisi tertentu. Di samping factor objektivitas juga ilmu pengetahuan harus
mengutamakan factor penjelasan dan interpretasi. Hal ini disebabkan manusia
adalah mahluk yang aktif, memiliki daya pikir, berprinsip terhadap nilai-nilai
tertentu, serta sikapnya dapat berubah-ubah sewaktu-waktu.. Karenanya selain
pengukuran yang cermat dan akurat diperlukan interpretasi subjektif terhadap
kondisi-kondisi spesifik tingkah laku manusia yang jadi objek pengamatan guna
menangkap makna dari tingkah laku tersebut. Seringkali seseorang bersifat semu
dalam arti tidak mencerminkan keinginan hati yang sebenarnya dari orang
tersebut.
Interpretasi dan penjelasan juga diperlukan
meskipun berdasarkan ciri-ciri biologis, social, atau ciri-ciri lanilla manusia
dapat dibagi dalam beberapa kategori-kategori tertentu, tidak berarti bahwa
masing-masing baik secara individual maupun kelompok akan mempunyai persamaan
dalam hal sikap dan perilakunya.
Umpamanya 3 orang (si A, si B, si C) semuanya
memiliki beberapa karakteristik indiviudual yang sama yakni semuanya wanita,
semuamnya bekerja sebagai guru sekolah dasar, semuanya berpendidikan SMA, Namur
demikian, ketiga orang tersebut boleh jadi masing-masing akan mempunyai
perbedaan satu sama lanilla mengenai sikap dan perilakunya tentang suatu hal.
Dalam perkembangannya, Sebagai pengaruh dari
pendekatan-pendekatan di atas dalam ilmu pengetahuan sosial sendiri terbagi
menjadi dua kubu yaitu:
1. kubu ilmu pengetahuan
tingkah laku (behavioral science) yang menekankan pengkajiannya pada tingkah
laku individual manusia dan
2.
kubu
ilmu pengetahuan sosial yang menekankan pengkajiannya pada interaksi antar
manusia.
Kedua kubu ini memiliki perbedaan pada aspek
yang diamatinya, sementara metode penjelasannya atau pengamatannya relatif
sama.
Namun dengan adanya dua pendekatan (scientif
ic dan humanistic) yang diterapkan, mncul dua kelompok masyarakat ilmuwan
komunikasi yang berbeda baik dalam spesifikasi objek permasalahan yang diamati,
maupun dalam aspek metodologis serta teori-teori dan model-model yang
dihasilkannya.
Ilmu komunikasi sebagai bagian dari ilmu
sosial pada dasarnya memfokuskan pada pemahaman tentang bagaimana tingkah laku
manusia dalam menciptakan, mempertukarkan dan menginterpretasikan pesan-pesan
untuk tujuan tertentu.
Adanya pengaruh-pengaruh dominan dari ketiga
pendekatan di atas telah menimbulkan aliran yang berbeda dalam mengembangkan
ilmu komunikasi. Menurut Jhon Fiske dalam bukunya introduction to
communications studies, terdapat dua aliran utama dalam mengembangkan ilmu
komunikasi yaitu:
1.Aliran komunikasi yang menfokuskan pada
proses. Atau disebut sebagai The process school. Aliran ini melihat pentingnya
nilai-nilai efektifitas, keakuratan dari suatu kegiatan komunikasi. Karenanya
nilai-nilai standar dan objektivitas merupakan suatu keharusan dalam aliran
ini.
2.Aliran komunikasi yang memfokuskan pada
makna, atau disebut sebagai the semiotic School. Teori ini memfokuskan
bagaimana makna dipertukarkan dan diciptakan (production and exchange of
meaning).
Kedua aliran di atas secara metodologis
membagi pendekatan keilmuwannya menjadi dua pengelompokan yaitu pendekatan
kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif memfokuskan pada
bagaimana mengukur pengaruh suatu variable dengan variable lainnya, sementara
pendekatan kualitatif berusaha untuk memahami dan mengerti bagaimana suatu
fenomena dimaknai.
Referensi:
1.Sasa
Djuarsa S., Teori Komunikasi, Universitas Terbuka, Jakarta. 2003
2.John
Fiske, Introduction to Communication Studies, Sage Publications, 1996
3.Stephen
W. Littlejohn, Theories of Human Communiation, Wadsworth Publication, New
Jersey, 1996.
Tidak ada komentar
Posting Komentar