Apa Pengertian Model Pembelajaran Teaching Factory (Tefa) dan Bagaimana Langkah-Langkah (Sintaks) Model Pembelajaran Teaching Factory (Tefa) ? Menurut Adi Sutopo dan kawan-kawan dalam Paper Teaching factory development model to improve the productive capability of vocational education students mendefinisikan Teaching Factory sebagai berikut "Teaching Factory is one of the activities in Vocational Education to produce goods or seNices that are managed and conducted teacher and students". Dalam Humanities & Social Sciences Reviews 2019, The Implementation Teaching Factory and Implications On The Preparation Of Candidates For Vocational High School Teachers, Supari Muslim mendefinisikan Tefa sebagai berikut "teaching factory is the experience integration of working in the school curriculum, where all the equipment, materials and education subjects were designed in order to carry out the produ ction process. This process Aimed to produce the goodslseNices, and reliable and competent graduates". Sedangkan Muh. Nasir Malik Hasanah dalam Ad vances in Social Science, Education and Humanitie s Research (ASSEHR), volume 201, 2018, Teaching Factory-Based for Entrepreneur ship Learning Model in Vocational High Schools mendefinisikan Tefa sebagai berikut "Teaching Factory concept is defined as a learning methodology that facilitates efficient and effective learning, which adopted the practice and application-oriented training that combines learning and working environment of the atmosphere and experience realistic and relevant industry".
Berdasarkan
definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan Teaching Factory adalah model
pembelajaran yang mengoptimalkan kurikulum, sumber daya, dan sumber daya
manusia di SMK dengan menyelaraskan proses produksi dan standar di dunia kerja
untuk menghasilkan lulusan SMK yang memiliki soft skill dan hard skill yang
diperlukan.
Tefa pada SMK bukan dibangun
secara khusus, akan tetapi dengan memformulasikan, memanfaatkan , menata dan
mengkondisikan sejumlah komponen Standar Nasional Pendidikan (SNP) di sekolah
sedemikian rupa, sehingga mencerminkan ekosistem pabrik atau dunia kerja. Tefa
merupakan model pembelajaran yang diyakini mampu meningkatkan kompetensi dan
karakter peserta didik sesuai standar dunia kerja. Sesuai penjelasan tersebut,
maka dapat didefinisikan bahwa Tefa adalah model pembelajaran yang memadukan
pencapaian kompetensi kurikulum sekolah dan proses produksi sesuai prosedur dan
standar dunia kerja, untuk menghasilkan lulusan yang kompeten dan berkarakter
melalui penyelesaian produk sebagai media belajar dalam bentuk barang dan/atau
layanan jasa .
Apa
Tujuan dan Manfaat Model
Pembelajaran Teaching Factory (Tefa) di SMK ? Tujuannya adalah membekali
peserta didik SMK dengan kompetensi soft skill dan hard skill melalui
pembelajaran yang dirancang, dilaksanakan, dan dievaluasi berdasarkan standar
proses dan kualitas produk di dunia kerja sesuai bidang/program/konsentrasi keahlian.
Sedangkan manfaatnya: a) Meningkatkan kualitas pembelajaran sesuai standar proses
produksi di dunia kerja; b) Meningkatkan kompetensi lulusan SMK sesuai dengan
tuntutan dunia kerja; c) Meningkatkan kemandirian sekolah dalam penyelenggaraan
pendidikan vokasi sesuai standar dunia kerja; d) Memperkuat kemitraan SMK
dengan dunia kerja; e) Menyediakan alternatif tempat Praktik Kerja Lapangan
(PKL) peserta didik SMK; dan f) Menyediakan alternatif pemenuhan kebutuhan
terhadap barang dan /atau jasa masyarakat.
Bagaimana prinsip penerapan Teaching
Factory (Tefa) di SMK ? Tefa SMK merupakan model pembelajaran berbasis produksi
atau jasa yang mengacu pada standar dan prosedur dunia kerja. Selain itu, model
pembelajaran juga dilaksanakan dalam suasana seperti yang terjadi di industri.
Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam menjalankan model tersebut agar
mencapai tujuan adalah sebagai berikut.
1. Pembelajaran berkualitas
Pelaksanaan
pembelajaran Tefa yang bekerjasama dengan dunia kerja dimaksudkan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran (pemenuhan sarana praktik produksi, transfer
teknologi. dan metode pembelajaran) sesuai dengan standar proses pada prinsip
pembelajaran dan asesmen yang berlaku untuk mencapai standar pembelajaran .
2. Edukatif
Penyelenggaraan
Tefa tidak dimaksudkan untuk mengeksploitasi peserta didik melainkan
mengutamakan pemberian kesempatan belajar berbasis industri yang melibatkan
seluruh peserta didik untuk menumbuhkan etos dan budaya kerja sesuai dengan
karakter/sifat pekerjaan.
3. Akuntabel
Pelaksanaan
pembelajaran Tefa merupakan proses membangun kompetensi profesional,
pelaksanaan dan pengelolaanya dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan
peraturan berlaku dengan sumber daya yang digunakan secara transparan dan
berintergritas .
4. Efisien
Pelaksanaan
pembelajaran Tefa menghasilkan produklbarang/jasa yang sesuai dan tepat serta
dapat menghemat pengeluaran bahan praktik dengan memanfaatkan bahan produksi.
5. Profesional
Pelaksanaan
pembelajaran Tefa dapat mengembangkan kompetensi dan menginternalisasi karakter
dunia kerja (kepatuhan terhadap peraturan, standar mutu, etika, estetika ,
penataan tempat kerja, pengaturan kerja, dan berorientasi pada kebutuhan
pelanggan) pada peserta didik melalui proses pembelajaran yang menyenangkan .
Ciri Tefa penerapan Teaching
Factory (Tefa) di SMK ? Ciri atau karakter dari pembelajaran Tefa pada
pendidikan kejuruan atau SMK adalah sebagai berikut.
1.
Lingkungan, suasana, dan aturan sekolah khususnya di tempat praktik
dikondisikan sesuai dengan standar dunia kerja;
2.
Pembelajaran dan penilaian menggunakan perangkat/instrumen/format untuk
melakukan kegiatan/aktivitas produksi sesuai dengan standar dunia kerja;
3.
Hasil pembelajaran peserta didik berupa kompetensi yang diwujudkan dalam produk
(barang atau jasa riil/utuh), sesuai dunia kerja;
4.
Alur/proses kerja (analisa produk, proses, evaluasi, pengembangan, penyimpanan,
dan pemanfaatan barang/jasa) sesuai dengan dunia kerja;
5.
Sekolah memiliki mitra dari dunia kerja sesuai dengan kompetensi/konsentrasi
keahlian yang aktif terlibat dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pembelajaran; dan
6.
Asesmen kompetensi peserta didik sesuai dengan prosedur dan tata cara penilaian
di dunia kerja dan prinsip asesmen Kurikulum Merdeka.
Apa Kategori lmplementasi Teaching
Factory (Tefa) di SMK ? Penerapan Tefa memperhatikan implementasi prinsip
merdeka belajar, memberikan kebebasan kepada sekolah memilih tindakan sesuai
situasi dan kondisi. Mengingat kondisi sumber daya sekolah dan mitra dunia
kerja yang dimiliki SMK, maka penyelenggaraan Tefa dapat dikelompokan menjadi
3 (tiga) kategori sebagai berikut.
1. Tefa berbasis pemenuhan
kompetensi peserta didik
Sekolah
menerapkan Tefa sebagai model pembelajaran dengan keluaran (output) kompetensi
dan karakter peserta didik serta produk yang berkualitas sesuai standar dunia
kerja. Pemanfaatan produk oleh masyarakat dan/ atau dunia kerja belum dapat
dilakukan karena beberapa faktor, mulai dari kapasitas, potensi masyarakat, dan
pengelolaan Tefa terutama administrasi atau tata kelola keuangan.
2. Tefa berbasis kebutuhan
masyarakat
Sekolah
menerapkan Tefa sebagai model pembelajaran dengan keluaran kompetensi peserta
didik dan produk yang berkualitas sesuai standar dunia kerja. Pembelajaran
menghasilkan produk yang sudah banyak diminati dan dipesan oleh masyarakat.
Kualitas dan kuantitas produk Tefa sudah mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.
3. Tefa berbasis kemitraan
dengan dunia kerja
Sekolah
menerapkan Tefa sebagai model pembelajaran dengan keluaran kompetensi peserta
didik dan produk yang berkualitas sesuai standar dunia kerja. Kualitas dan
kuantitas produk Tefa sudah mampu memenuhi kebutuhan dunia kerja secara stabil
dan berkelanjutan . Pemenuhan kebutuhan dunia kerja dapat dilakukan dengan
merekrut tenaga kerja dari luar yang berpengalaman, menyiapkan tempat
berproduksi, mengembangkan pola pengelolaan pemanfaatan produk, dan menambah
jam operasional
Bagaimana langkah-langkah (sintaks)
penerapan model pembelajaran Teaching Factory (Tefa) di SMK ? Langkah-langkah penerapan
model pembelajaran Teaching Factory (Tefa) di SMK adalah sebagai berikut:
1. ldentifikasi Produk
Tefa
dapat dilaksanakan berbasis pada kompetensi/konsentrasi keahlian atau lintas
kompetensi/konsentrasi keahlian, program keahlian dan bidang keahlian sesuai
kebutuhan cakupan kompetensi dalam sebuah produk. Kondisi tersebut terjadi
karena proses produksi dalam hal tertentu memerlukan kolaborasi berbagai bidang
keilmuan.
ldentifikasi
produk sebagai media belajar pada prinsipnya dilakukan oleh dan disetiap
kompetensi/konsentrasi keahlian dengan melibatkan mitra kerja. Bila produk
tersebut memerlukan lintas konsentrasi keahlian, maka identifikasi dilakukan
secara kolaboratif.
2. Analisis Cakupan
Kompetensi
Analisis
dilakukan untuk mengukur kecukupan dan kesesuaian cakupan kompetensi yang
diperlukan dalam penyelesaian produk. Kompetensi yang dibangun melalui
penyelesaian produk harus mendukung tercapainya kompetensi pada kurikulum yang
berlaku. Kegiatan analisis cakupan kompetensi terdiri dari: analisis uraian
pekerjaan dan analisis kesesuaian kompetensi dasar/capaian pembelajaran
dijelaskan sebagai berikut.
a. Analisis
Uraian Pekerjaan
Analisis
cakupan kompetensi dimulai dengan analisis uraian pekerjaan yang menggambarkan
kompetensi/unit kompetensi untuk menyelesaikan setiap produk.
Kompetensi
yang diperoleh melalui pengerjaan produk dalam pembelajaran Tefa dapat berasal
dari satu atau lintas kompetensi/konsentrasi keahlian. Analisis uraian
pekerjaan dapat dilakukan bersama mitra kerja.
b. Analisis
Kesesuaian Kompetensi Dasar/Capaian Pembelajaran
Hasil
analisis uraian pekerjaan berupa kompetensi-kompetensi perlu dianalisis
kesesuaiannya dengan Kompetensi Dasar/Capaian Pembelajaran (KD/CP). Langkah ini
dilakukan untuk menjamin agar pelaksanaan Tefa dapat mendukung pencapaian
kompetensi dalam kurikulum . Kompetensi yang dimaksud meliputi estetika dan
segala perilaku kerja di dunia kerja
Penerapan
Tefa dapat dilakukan dengan integrasi antar mata pelajaran,
kompetensi/konsentrasi keahlian, program keahlian, bahkan bidang keahlian.
lntegrasi dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan antara lain:
1)
lntegrasi antar mata pelajaran dalam satu kompetensil konsentrasi keahlian;
yaitu integrasi antar satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, baik pada
kelompok mata pelajaran umum maupun pada kelompok mata pelajaran kejuruan.
2)
lntegrasi lintas kompetensi/konsentrasi keahlian; yaitu jika produk yang akan dikerjakan
memerlukan integrasi dari berbagai kompetensi keahlian/konsentrasi keahlian
yang berada di satu sekolah.
3)
lntegrasi lintas SMK; yaitu jika produk yang akan dikerjakan memerlukan integrasi
kompetensi dari berbagai SMK, sehingga tidak ada lagi bagian yang harus
dikerjakan oleh pihak eksternal. Jika ada bagian-bagian tertentu yang tidak
dapat dikerjakan oleh peserta didik, misalnya karena tidak sesuai dengan
tuntutan kurikulum, dapat dijadikan peningkatan kompetensi teknis di luar
kurikulum dan/atau dikerjakan bersama dengan pihak eksternal.
4)
Penyusunan perangkat ajar Guru dan/atau instruktur dunia kerja menyusun perangkat
ajar dan perangkat asesmen berdasarkan Analisis Kesesuaian Kompetensi
Dasar/Capaian Pembelajaran.
Perangkat
ajar terdiri dari capaian pembelajaran, tujuan pembelajaran, alur tujuan
pembelajaran, modul ajar, lembar kerja peserta didik (Job sheet). Perangkat asesmen
disusun/dikembangkan sesuai dengan Tujuan pembelajaran yang disusun.
5)
Jadwal Blok
Penyusunan
jadwal sistem blok perlu disesuaikan dengan kondisi riil dalam pekerjaan yang
sebenarnya, karena setiap pekerjaan membutuhkan waktu bekerja/belajar yang
berbeda. Misalnya , seorang penari maksimal memerlukan waktu 4 (empat) jam
untuk latihan secara terus menerus, tetap i seorang montir dapat memerlukan
waktu bekerja satu hari penuh. Dengan demikian, penyusunan jadwal blok dapat
menggunakan model hour, day, week, dan/atau month release . Pelaksanaan Tefa
SMK dimulai dengan menata dan menyusun jadwal pembelajaran yang memungkinkan
peserta didik dapat mengerjakan suatu kegiatan proses produksi/layanan jasa
tertentu sampai selesai/tuntas, misalnya membuat barang, menanam, menari,
melukis, mengerjakan jasa atau melakukan kegiatan lain sesuai rencana produksi/layanan
jasa yang telah ditetapkan.
3. Perancangan Produk
Pengerjaan
produk sebagai media belajar diawali dengan pembuatan rancangan produk yang
akan menjadi dasar analisis kecukupan sumber daya sekolah. Rancangan produk
antara lain: gambar kerja, story board/naskah kerja, prototipe/contoh produk,
kebutuhan alat dan bahan. Kegiatan perancangan produk dapat dilakukan bersama
dengan mitra kerja.
4. Analisis Kecukupan Sumber
Daya
Analisis
kecukupan sumber daya untuk dapat melaksanakan Tefa meliputi aspek sumber daya:
manusia (guru dan tenaga ahli), fasilitas, pembiayaan, dan mitra kerja.
Analisis kecukupan dapat dilakukan dengan menggunakan check list ketersediaan
dan kecukupan setiap aspek sumber daya berdasarkan tuntutan produksi;
a.
Sumber Daya Manusia
SDM
yang diperlukan dalam pelaksanaan Tefa terdiri atas guru, tenaga kependidikan
(antara lain: teknisi, tool man, laboran) , dan instruktur (guru dan/atau
instruktur dari dunia kerja). Sekolah harus menyiapkan guru dan tenaga
kependidikan yang memiliki pengalaman dan sertifikat dari industri atau
portofolio yang relevan dan dapat dipertanggungjawabkan.
b.
Sumber Daya Fasilitas dan Bahan
Fasilitas
belajar yang ada di sekolah perlu ditata dan dikondisikan semaksimal mungkin
mengadopsi tatanan atau menerapkan aturan-aturan yang ada di dunia kerja,
sehingga terbangun lingkungan dan suasana seperti di dunia kerja. Sekolah
menyediakan bahan produksi yang digunakan dalam pembelajaran Tefasesuai
standar.
c.
Pembiayaan
Sumber
pembiayaan Tefa dapat berasal dari pemerintah pusat, pemerintah daerah,
penyelenggara pendidikan, mitra kerja, penjualan produk hasil Tefa untuk
sekolah swasta dan sekolah negeri berstatus BLUD, dan dari sumber-sumber
lainnya yang relevan dan sah.
d.
Mitra Kerja
Analisis
mitra kerja lebih diarahkan pada keterlibatan dan dukungan terhadap produk yang
dikerjakan, agar dapat berkontribusi secara maksimal dalam implementasi Tefa.
5. Pengerjaan Produk Tefa
Berikut
alur dalam kegiatan produk Tefa meliputi:
a. Jadwal
Penyelesaian
produk berupa barang dan/atau jasa perlu dijadwalkan atau dialokasikan waktu
tertentu sampai produkllayanan jasa itu tuntas dikerjakan.
b. Pengerjaan
Produk
Pengerjaan
produk berupa barang dan/atau jasa mengacu kepada rancangan dan jadwal yang
telah disusun dilaksana kan oleh siswa dalam pembelajaran dan pelaksanaanya
dapat bekerja sama dengan mitra kerja. Pengendalian dan monitoring proses
termasuk bagian dari pelaksanaan proses pembelajaran. Sebelum melaksanakan
pekerjaan diberikan briefing/coaching peserta didik. Pembekalan tentang
kesiapan melaksanakan pekerjaan meliputi: pemenuhan kompetensi prasyarat,
penguasaan tentang SOP, dan budaya kerja.
Pengerjaan
produk dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1)
Keterlibatan peserta didik disejajarkan Peserta didik melaksanakan pembuatan produk
(barang/jasa) secara langsung, sampai produk selesai.
2)
Refleksi
Refleksi
dilakukan melalui diskus i/koordinasi dan komunikasi antara peserta didik
dengan tim terhadap pekerjaan yang sedang dikerjakan sebagai upaya penguatan
pemahaman terhadap pekerjaan yang dilakukan.
3)
Asesmen
Asesmen
dilakukan oleh guru untuk mengukur kompetensi peserta didik sesuai dengan
Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (KKTP).
4)
Supervisi pekerjaan
Guru
dan/atau instruktur dari dunia kerja melaksanakan supervise proses produksi
yang dilaksanakan peserta didik sesuai dengan standar proses dan produk pada
penyelesaian pekerjaan untuk menjamin kualitas proses belajar.
5)
Evaluasi
Evaluasi
dilakukan untuk mengukur keberhasilan proses dan hasil pekerjaan, serta jaminan
layanan purna jualnya.
6. Penyerahan Hasil Produk
Peserta
didik menyerahkan produk dengan bimbingan guru dan/atau instruktur dari dunia
kerja berdasarkan dokumen produk kepada pemesan yang berasal dari dunia kerja,
masyarakat, dan/atau sekolah serta mengadministrasikannya .
7. Layanan Purna Jual
Peserta
didik melaksanakan layanan purna jual (keluhan/error bandling dan garansi),
untuk menyelesaikan keluhan dari konsumen (jika ada) atas produk yang
dikerjakan/dihasilkan guru dan/atau instruktur dunia kerja baik secara luring
maupun daring.
Semua
kegiatan pengerjaan produk tersebut di atas didampingi oleh guru dan/atau
instruktur dunia kerja.
Demikian uraian singkat
tentang Pengertian Model Pembelajaran
Teaching Factory (Tefa) dan Langkah-Langkah (Sintaks) Model Pembelajaran
Teaching Factory (Tefa) di SMK. Semoga ada manfaatnya
Tidak ada komentar
Posting Komentar